Alamsyah & Warga setempat.
Jakarta, Metroheadline.net – Penelitian yang dilakukan oleh tim dosen dari Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957 menemukan bahwa komunikasi antara pihak developer dan penghuni terdampak pasca-bencana banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Bekasi, masih bersifat satu arah dan belum efektif membangun kepercayaan publik.
Penelitian yang berlangsung sejak awal Mei 2025 ini mengkaji bagaimana strategi komunikasi digunakan dalam proses mitigasi dan pemulihan sosial pasca-banjir besar yang melanda kawasan tersebut pada Maret 2025.
Banjir dengan ketinggian mencapai lebih dari dua meter itu memaksa ribuan warga mengungsi dan menimbulkan kerusakan parah pada rumah dan infrastruktur lingkungan.
Ketua tim peneliti, Alamsyah, menjelaskan bahwa temuan utama penelitian menunjukkan adanya communication gap atau kesenjangan komunikasi antara pihak developer dan penghuni.
“Komunikasi yang dilakukan developer cenderung bersifat instruktif dan belum menyentuh aspek dialogis. Sementara warga lebih banyak mengandalkan informasi dari grup komunitas ketimbang sumber resmi,” ujarnya.
Hasil wawancara mendalam dan observasi lapangan menunjukkan bahwa minimnya transparansi dan tidak adanya forum komunikasi resmi menjadi faktor utama yang menurunkan tingkat kepercayaan warga terhadap pihak developer.
“Warga merasa aspirasi mereka belum benar-benar didengar, terutama terkait kompensasi dan perbaikan infrastruktur,” tambah Alamsyah.
Meski demikian, penelitian ini juga menemukan beberapa capaian positif. Komunikasi antara warga dan pengelola dinilai cukup membantu mempercepat distribusi bantuan logistik dan koordinasi evakuasi saat banjir terjadi.
Sayangnya, dalam tahap pemulihan sosial, komunikasi tersebut dinilai belum mampu meredam konflik dan memperkuat kolaborasi antara kedua belah pihak.
Sebagai solusi, tim peneliti mengusulkan “Model Komunikasi Inklusif” yang menggabungkan prinsip teori dialogis dan komunikasi risiko. Model ini menekankan pentingnya saluran komunikasi dua arah yang transparan dan partisipatif agar kepercayaan publik dapat dibangun kembali.
“Forum dialog komunitas dan kanal digital menjadi alternatif strategis agar komunikasi lebih terbuka dan berkelanjutan,” jelas Alamsyah.
Penelitian yang didanai Hibah Dikti ini akan berlanjut ke tahap kedua pada tahun 2026 dengan fokus pada uji coba model komunikasi inklusif di lapangan. Rencananya, uji coba akan melibatkan perwakilan developer, pemerintah daerah dan warga terdampak melalui forum diskusi terstruktur (Focus Group Discussion). Tim juga menyiapkan kanal digital berbasis komunitas untuk memfasilitasi penyampaian aspirasi warga secara langsung.
“Harapan kami, model komunikasi ini dapat menjadi rujukan bagi pengembang dan pemerintah dalam menangani komunikasi pasca-bencana di kawasan perkotaan lainnya di Indonesia,” tutup Alamsyah. (Red)












